Thursday, September 26, 2013

Emerald City and Other Stories – Jennifer Egan


Egan, Jennifer. 2012. Emerald City and Other Stories. United Kingdom: Corsair.
Rating 2 bintang
(review in English, click here)
 
Jangan nilai buku dari sampulnya (ngomong sama diri sendiri).

Kenapa saya baca buku ini?
Enggak tahu kenapa saya enggak terlalu suka baca cerita pendek alias cerpen. Iya, enggak tahu kenapa. Artinya saya enggak punya alasan jelas itu tuh kenapa enggak sukanya, dan hal tersebut cukup mengganggu saya (soalnya saya tipe orang menyebalkan yang selalu menuntut alasan). Makanya ketika melihat buku ini di Periplus, saya merasa ingin memberi kesempatan lagi kepada cerpen untuk memikat hati saya. Satu, buku ini ada di bagian buku-yang-murah-sekali, dan memang saya jadi bisa beli buku ini jauuuh di bawah harga aslinya. Dua, saya suka sampulnya, menurut saya sangat cantik. Tiga, belakangan saya tidak pernah beli buku-buku romantis dan saya TADINYA mengira ini buku romantis seperti yang saya sedang cari. Lagian dari sampul kayak begitu, orang pasti bakal berasumsi sama dengan saya kan? Ah, tapi saya mesti ingat-ingat lagi ke depannya supaya enggak menilai buku dari sampulnya. Empat, saya cek di Goodreads, buku ini dapat rating bagus dan ulasan-ulasan bernada memuji. Tapi, dari rating yang saya berikan, jelas saya agak berbeda pendapat dengan mereka. Lima, si penulis, Jennifer Egan, adalah pemenang penghargaan Pulitzer untuk karyanya berjudul A Visit from the Goon Squad. Belum baca itu (dan sekarang memang enggak ada niat untuk coba baca itu) tapi kelihatannya Jennifer Egan ini boleh juga. Orang-orang di Goodreads yang sudah membaca karya-karyanya (berkali-kali) memuji-muji dia. Terus, saya butuh alasan apa lagi coba? Saya punya LIMA alasan bagus untuk beli buku ini waktu itu, jadi lebih baik saya enggak usah terlalu merasa sesal sekarang....

Celotehannya.
Saya enggak buta kok. Saya bisa melihat bahwa tulisan Jennifer Egan itu indah, cerdas, luar biasa, elegan, menarik, lucu, berani, detail. TAPI, saya enggak merasakan apa-apa selama baca antologi ini. Eh, enggak juga sih, saya merasakan sesuatu kok. Bingung, kosong, enggak nyaman, kecewa, depresi. Kening saya lelah karena keseringan berkerut saat membaca buku ini. Diksi dan gaya tulisannya mantap luar biasa menakjubkan, OKE bisa diterima. Ceritanya? Enggak sukaaaaaa.

Jadi begini, buku ini adalah kompilasi dari sebelas cerpen Egan yang sebelumnya sudah pernah terbit di beberapa media selama periode 1989 sampai 1996. Sepertinya hanya satu cerpen yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Cerpen-cerpen ini berurusan dengan permasalahan moral si tokoh, pencarian jati diri, penyesalan, kesendirian, kerinduan. Intinya cerita tentang permasalahan yang sangat dunia nyata sekali, tapi ini bukan kisah nyata, masih fiksi. Dan walaupun dengan konflik-konflik nyata seperti tadi, tetap saja saya enggak bisa merasa terkoneksi dengan para tokohnya yang saya rasa... apa yah bilangnya... aneh? Aneh, karena reaksi mereka akan suatu permasalahan adalah reaksi anomali, yah bagi saya loh.

Ada sebelas cerita dan tidak adil kalau komentar saya memukul rata semuanya. Jadi, saya coba kasih opini untuk masing-masing cerita. Relaks, enggak ada spoiler kok. Sebelas cerita tersebut adalah Why China?, Sacred Heart, Emerald City, The Stylist, One Piece, The Watch Trick, Passing the Hat, Puerto Vallarta, Spanish Winter, Letter to Josephine, dan Sisters of the Moon.

Di beberapa cerpen, saya benar-benar merasa seperti anak ayam hilang di Bulan (frustrasi banget enggak tuh?). Saya enggak menangkap poin utama ceritanya. Bahkan ceritanya benar-benar cuma lewat begitu saja, syuuung, tembus tanpa mampir ke bagian pemahaman di otak saya. Tentu saja sebenarnya banyak pelajaran yang bisa diambil kalau kita disuguhkan cerita problematika hidup manusia, tapi inti ceritanya apa, saya enggak dapat menyimpulkan. Benar-benar merasa enggak ada artinya saya baca cerpen-cerpen ini; Why China?, The Stylist, dan The Watch Trick.


Kemudian ada juga beberapa cerpen yang membuat saya heran, enggak habis pikir, hampir putus akal, atas reaksi atau perbuatan tokoh ceritanya. Maksud saya... ya ampun... masa... tapi... saya bahkan... AAARRRRGH!!! Cerpennya memuat konflik yang mungkin lah nyata (ah kemungkinan apapun selalu ada) tapi tindakan para tokohnya enggak... enggak apa yah... enggak tahulah apa mesti disebutnya. Ini cerpen-cerpen yang saya bicarakan; Why China? (iya, cerpen ini lagi), Sacred Heart, Passing the Hat, dan Letter to Josephine. 


Beberapa cerpen bisa saya ikuti alurnya, bahkan ada saat saya benar-benar merasa mengalir dengan ceritanya. ‘Kayaknya menjanjikan nih’, pikir saya. Ceritanya sudah oke, walaupun tindakan karakternya beberapa bikin akal saya memberontak, tapi masih bisa lah nih kayaknya berujung klimaks. Cerpen-cerpen ini; Emerald City, One Piece, Letter to Josephine, dan Sisters of the Moon, membuat saya naik, naik, naik, dan pada akhirnya bikin saya merasa...


Namun tentu dari sebelas cerpen, ada minimal satu cerpen yang bisa benar-benar kena di hati. Bahkan, kabar baiknya, ada dua cerpen! Kabar yang cukup baik bagi saya setelah habis membaca cerpen-cerpen lain di buku ini. Dua cerpen yang saya maksud adalah Puerto Vallarta dan Spanish Winter. Malah saya sebenarnya sangat menikmati kedua cerpen ini. Gara-gara yang dua inilah saya memberi setengah bintang lagi untuk buku ini, tadinya cuma rela kasih 1,5 bintang....

Saya sama sekali enggak meragukan kredibilitas Egan sebagai penulis (siapa juga saya?). Dia benar-benar berbakat memainkan pilihan diksinya yang bikin saya mau bela-belain baca sampai akhir walaupun sebenarnya sudah enggak tahan dengan ceritanya. Untunglah saya baca buku ini versi bahasa aslinya, jadi karakter dan gaya penulis masih bisa dinikmati. Kalau buku ini diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, saya akan enggak punya alasan untuk lanjut membaca setelah cerpen pertama.

Jennifer Egan juga lihai menyelipkan humor-humor cerdas dalam tulisannya. Tapi yang paling juara dari tulisan Egan adalah latar tempat yang divisualisasikan dengan sempurna. Benar-benar bikin gambar instan di otak saya, tanpa saya merasa ada penjelasan yang berlebihan. Deskripsi tempatnya asli jempol banget! Pokoknya tulisan Egan sangat enak dibaca sebenarnya, tengok saja kutipan-kutipan hasil comotan saya dari Emerald City and Other Stories di bawah ini. Tapi secara pribadi, cerpen-cerpen di bukunya ini enggak dapat tempat di hati saya. Entah kenapa renspons pembaca buku ini di Goodreads menyimpang dengan respons saya. Apa saya memang lagi dalam kondisi otak yang enggak sehat saat membacanya? Mungkin lah yah. Saya enggak mengajak orang untuk tidak membaca buku ini, bahkan kebalikannya, coba deh baca buku ini. Kalau sudah, saya ingin tahu pendapat kalian.

Kutipan-kutipannya.
“I found the lady tea vendors out in force—women whose idea of washing glass was to sprinkle water on it.”

“She held me, her strong warm arms around my neck, and suddenly I was sorry, too, to see, for the first time, what I had become.”

“Rory had been amazed to learn that in breakfast cereal shots it was standard to use Elmer’s glue instead of milk.”

“Jann seems confused, so she goes on. ‘Have you noticed how no one really likes each other?’ she says. ‘We’re like a family.’”

“I guess it’s always romantic when two people fall in love.... Even if it turns out not to be real.”

“While other people our age were protesting the Vietnam War and experimenting with communes, we were buying and redecorating vast houses, overextending ourselves on private schools, and throwing summertime parties in Belvedere and Tiburon, where late at night you were likely to be shoved, fully clothed and still holding your glass, into someone’s swimming pool.”

“Catherine had never looked happier, I thought, as if there were some thrill, some rarefied pleasure most of us would never know, that came of stealing a man from his wife.”


“... getting what you want is only the beginning. The hard part is holding on to it.”

No comments:

Post a Comment

Hi! Thanks for stopping by. I ALWAYS love book talks! So, do leave your comment about this post, it's free ;)



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...